Lombok Barat, NTB – (Tabloidpilarpost.com) – Pelaksanaan kurikulum merdeka merupakan suatu proses perubahan dalam pengembangan konsep pembelajaran secara mandiri dengan tiga tahap. Merdeka belajar, merdeka berubah dan merdeka berbagi. Dengan maksud untuk mengatasi krisis belajar dalam upaya peningkatan implementasi pembelajaran.
Selanjutnya, dalam penerapan kurikulum merdeka tentu dibutuhkan paradigma berpikir bagi guru yang lebih bersifat inovatif dan kreatif. Selain itu implementasi kurikulum merdeka dapat saling memberikan praktik baik dan pembelajaran saling berbagi paraktik baik hingga terbentuklah jejaring dukungan antar guru dan tenaga kependidikan untuk berbagi konten pembelajaran dan praktik baik dalam implementasi kurikulum merdeka secara lebih luas.
Lebih lanjut, penyediaan dukungan implementasi kurikulum merdeka harus ditunjang oleh kemauan untuk melakukan sebuah perubahan dengan memperhatikan kemampuan, bakat, dan minat peserta didik.
Oleh karena itu, dibutuhkan analisis diagnostik awal terhadap seluruh peserta didik terkait keberagaman kemampuan bakat dan minat yang dapat dikelompokkan menjadi pola pembelajaran visual, audio visual, dan kinestetik. Dengan demikian, guru harus memiliki kemampuan dan pengetahuan dasar tentang potensi yang dimiliki peserta didik sehingga mampu melakukan klasifikasi berdasarkan hasil analisis diagnostik tersebut.
Selain itu juga bisa melakukan kerjasama dengan guru bimbingan konseling untuk melakukan analisis diagnostik dimaksud.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh tersebut, maka guru mata pelajaran mampu memetakan potensi yang dimiliki peserta didik untuk memberikan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum merdeka. Lebih lanjut, kurikulum merdeka ini dalam implementasinya guru dan seluruh unsur yang ada diberikan ruang dan waktu yang lebih luas dan merdeka di dalam mengembangkan potensi bakat minat yang ada pada peserta didik.
Peserta didik tidak hanya sebagai sebuah objek tetapi menjadi subjek di dalam proses pembelajaran yang dikembangkan oleh guru-guru di madrasah sehingga menjadi lebih menarik dalam proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas,” kata Kepala MAN Lobar, H. Abdul Aziz Faradi, MPd.
Tentu IKM ini berdampak positif baik pada guru-guru maupun peserta didik. Meski madrasah sudah menyiapkan sarana prasarana terkait dengan pembelajaran berbasis proyek. Kini penerapan kurikulum mandiri berubah akan berdampak positif karena bermuara pada pembelajaran yang didasari pada hasil bakat dan minat peserta didik sehingga peserta didik memiliki kemauan dan motivasi yang tinggi untuk meraih capaian pembelajaran setiap kali pertemuan.
H.Abdul Azis Faradi, lebih lanjut, kurikulum merdeka dapat membawa perubahan pada pola pembelajaran guru untuk mempersiapkan daya dukung sarana prasarana, serta guru harus melakukan perubaha-perubahan secara lebih kreatif, inovatif dan mandiri. Kurikulum merdeka ini diharapkan akan memberikan suasana baru dalam proses pembelajaran berbasis projek dan mencerminkan profil pelajar pancasila P5RA yang mencerminkan beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, bergotong royong, berkebhinekaan global, bernalar kritis dan kreatif, semua ini terkolaborasi dalam setiap proses pembelajaran untuk peserta didik sehingga akan melahirkan peserta didik yang mencerminkan profil pancasila yang rahmatan lil aalamin.
Jadi dirinya sangat setuju program IKM dapat diimplementasikan di madrasah untuk suatu proses perubahan pembelajaran yang lebih menekankan pada penilaian proses pembelajaran dan penanaman nilai-nilai profil pelajar pancasila sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan output pencapaian hasil belajar peserta didik yang mampu mengkolaborasikan antara kemampuan kongnitif, afektif, dan psikomotorik serta P5RA.
Seperti, Belajar Praktek Baik Siswa X MAN Lombok Barat Implementasi Kurikulum Merdeka yang langsung dibimbing oleh Guru Biologi Baiq Widya Astuti, S.Pd dan Tim Biologi Ibu Hj.Suci Murni, M.Pd. Dengan begitu, siswa ini berikan pemahaman secara komperhensif terkait materi yang ada. (Humas /S)