(Tabloidpilarpost), Mereka yang sakit kemudian sembuh hanya dengan minum obat beberapa hari, sungguh beruntung. Mereka yang kerabatnya meninggal di rumah sakit, juga masih tergolong beruntung. Pemulasaraan diurus rumah sakit, tidak mengeluarkan dana untuk biaya perawatan dan pemulasaraan jenazah.
Seorang yang saya kenal, meninggal dunia di rumah. Meninggal siang hari, hingga malam tak ada yang berani mendekat. Hampir semua tetangganya isoman. Yang tersisa tak berani melakukan apa-apa. Relawan-relawan sibuk memakamkan. Hingga akhirnya jam 21.00 baru datang relawan pemulasaraan.
Kerabat lain, membutuhkan ambulans untuk membawanya ke RS. Tak kurang 20 nomor telepon ambulans ditelepon. Semua terpakai. Dari pagi hingga menjelang sore, baru dapat ambulans.
Seorang kerabat lain, isoman dan saturasinya turun. RS jelas penuh. Dia membutuhkan oksigen. Alternatifnya adalah dibawa ke RS yang jauh atau mencari oksigen. Ternyata oksigen tidak ada di mana-mana. Kemudian diputuskan dibawa ke RS yang jauh. Tapi mencari ambulans, tidak dapat juga. Seorang anggota keluarga akhirnya memberanikan diri menyopir sendiri dengan mobil pribadi. Membawa pasien yang sudah payah ke RS.
Kenyataan yang membuat hati siapapun akan teriris-iris…
Dan sehari-hari kita terus mendengar keluhan:
“Saudara kami sesak napas, RS mana yang masih bisa menampung?”
“Saudara saya butuh oksigen… di mana yang masih tersedia?”
“Saudara kami meninggal saat isoman. Tetangga juga sedang isoman…. tetangga yang tersisa tak berani mendekat, relawan sibuk semua…”
“Bapak dan anak positif, ambulans tidak ada yang available… Harus bagaimana?”
“Kami harus isoman sekeluarga, tidak ada penghasilan, bagaimana harus makan?”
Inilah waktunya perusahaan-perusahaan raksasa, ormas-ormas besar, parpol, perguruan tinggi yang punya sumber dana besar dan influencer-influencer yang mampu menggalang dana miliyaran untuk negara lain, memberikan harapan pada mereka yang butuh pertolongan.
Kita butuh banyak ambulans, oksigen, tempat-tempat yang bisa disulap menjadi RS sementara, dan banyak relawan pemulasaraan jenazah.
Saatnya semua sumber daya dikerahkan untuk menolong saudara-saudara di negeri sendiri. Jangan semua kita bebankan kepada nakes yang sudah kelelahan…
Apresiasi untuk ormas-ormas yang sudah berbuat banyak. Dari menyediakan ambulans tambahan, hingga menggalang kadernya menjadi relawan pemulasaraan jenazah pasien Covid-19. Juga perguruan tinggi-perguruan tinggi yang sudah melakukan sesuatu untuk memberi solusi. Dari penyediaan oksigen hingga membangun lokasi-lokasi yang dijadikan RS darurat.
“Kami sudah melakukan doa bersama untuk yang sakit dan meninggal.”
“Kami sudah menengok mereka yang sakit.”
Tentu itu tidak salah, Tapi itu belum cukup. Semua itu tidak menjawab kebutuhan akan oksigen, ambulans, relawan pemulasaraan, kebutuhan gizi selama tak mendapat penghasilan dan juga kebutuhan lokasi perawatan darurat.
Masyarakat saat ini tidak butuh hal-hal simbolis. Ini waktunya berbuat nyata Karena
kami dari Rakyat yang pernah ikut pemilu dan nyoblos di bilik suara.
(Daengku Tpp/Sdj Tpp)