(Tabloidpilarpost.com), Lima bulan setelah peristiwa G30S PKI atau pada bulan Maret 1966 Soekarno dipaksa menandatangani Surat Perintah Sebelas Maret ( Supersemar).
Supersemar itu melegitimasi Soeharto untuk membubarkan PKI.
Supersemar itu, juga melegitimasi Soeharto untuk membubarkan MPR dan mengganti dengan MPRS baru yang beranggotakan semua pendukungnya.
Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya yaitu…:
1.TAP No. IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS.
2.TAP No. XV/1966…; yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden berhalangan.
22 Juni 1966 Soekarno diberi kesempatan membela diri atas peristiwa G30SPKI di hadapan MPRS.
Pertanggungjawaban Soekarno itu terkenal dengan pidatonya yang berjudul: “ Nawaksara”.
Namun MPRS meminta agar Soekarno memperbaiki pidatonya.
Pada tanggal 10 januari 1967 kembali Soekarno berpidato lengkap di hadapan MPRS.
Tetapi pada tanggal 16 Februari 1967 MPRS menolak keseluruhan pertanggungan Jawab Soekarno itu.
Empat hari kemudian atau pada tanggal 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani penyerahan kekuasaannya kepada MPRS.
Dengan begitu secara de facto kekuasaan ada pada tangan Soeharto.
Suatu kudeta terlaksana dengan sempurna.
Dua bulan setelah Soekarno lengser pada bulan April 1967 Julius Tahija perwira militer kesayangan Soekarno yang juga executive Texaco membelot ke Soeharto.
Dia menghubungi CEO Freeport Langbourne Williams.
Dia memastikan bahwa Freeport akan mendapatkan konsesi di Irian Jaya.
Tidak akan terjadi lagi seperti tahun 1965 yang selalu sulit meyakinkan Soekarno.
Apalagi saat itu Lembaga Keuangan AS memberikan bantuan berupa pinjaman lunak USD 60 juta.
Uang itu sangat berarti bagi Soeharto yang baru berkuasa.
Bulan April 1967 Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UU PMA) No 1/1967 di sahkan.
Atas dasar Undang Undang itulah Freeport mendapatkan Kontrak Karya.
Bulan November 1967 Adam Malik dan Soemitro Djojohadikusumo memimpin delegasi berkunjung ke Geneva.
Mengingat pentingnya misi kunjungan ini konon membuat udara musim dingin itu terasa panas.
Mereka datang karena undangan dari The Time-Life Corporation.
Hadir dalam pertemuan itu adalah
General Motors Imperial Chemical Industries British Leyland British American Tobacco American Express Siemens, Goodyear The International Paper Corporation dan US Steel.
Sebagai tuan rumah adalah konglomerat David Rockefeller.
Pada pertemuan itu Soemitro Djojohadikusumo menyampaikan gagasannya kepada David Rockefeller tentang desain pembangunan jangka pendek jangka menengah dan jangka panjang.
Belakangan desain ini dikenal dengan istilah Repelita,Rencana Pembangunan Lima Tahun.
Sebetulnya gagasan yang disampaikan oleh Soemitro ini sudah dikenal luas oleh para ekonom ketika itu.
Gagasan ini termuat dalam buku The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifestoyang ditulis oleh W.W.Rostow.
Belakangan Rostow menjadi mentor para Teknorat ekonomi Indonesia yang sebagian besar alumni Berkeley University.
Oleh karena itu, dikenal dengan istilah mafia Berkeley.
Sejak itu Indonesia dalam cengkraman neokolonialisme, atau penjajahan model baru.
Apapun kebijakan rezim Soeharto, harus sesuai dengan kehendak AS dan Barat, termasuk agresi terhadap Timor Timur.
Bangsa yang terjajah, tapi sedikit yang menyadarinya.
(Rahayu/Abangku Tpp/Sdj Tpp)
239 total views, 1 views today